MAKALAH PRESENTASI FARMAKOLOGI I
Efek Perangsangan Saraf Otonom dan Adrenergik
AKADEMI FARMASI ISFI
BANJARMASIN
2013
EFEK PERANGSANGAN SARAF OTONOM DAN ADRENERGIK
- A. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.
- Sistem saraf simpatis
Terlibat dalam aktifitas yang berhubungan dengan pengeluaran energi dari tubuh. Meningkatnya aliran darah ke otot, sekresi epinefrin (meningkatkan denyut jantung dankadar gula dalam darah) dan piloereksi (tegaknya bulu roma pada mamalia) karena kerja sistem saraf simpatis selama periode peningkatan aktifitas.
- Sistem saraf parasimpatis
Mendukung aktifitas tubuh yang berkaitan dengan peningkatan penyimpanan energy dalam tubuh. Memberikan efek salvias, sekresi kelenjar pencernaan, peningkatan aliran darah ke sisitem gastrointestinal. Mensekresi asetilkolin.
- B. Efek stimulasi Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatik
Organ |
Reseptor |
Efek Stimulasi |
|
S. Adrenergik |
S. Kolinergik |
||
Mata (pupil) |
∞ |
: diperbesar |
Diperkecil |
Paru-paru (bronchia) |
β |
: dilatasi |
Konstriksi |
Jantung |
β |
: daya kontraksi diperkuat, denyutan dipercepat |
Diperlemah |
Arteriola |
∞ β |
: konstriksi |
|
Vena |
∞ |
: konstriksi |
Diperlambat Dilatasi |
Lambung-usus (peristaltik dan sekresi) |
∞ β |
: dikurangi relaksasi |
– |
Kantong kemih dan empedu, rahim |
∞ |
: relaksasi |
Diperbesar Konstriksi Berubah berubah |
Rahim yang mengandung, Kulit, otot-otot |
β ∞ |
: konstriksi : konstriksi |
– – |
Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa stimulasi S. adrenergik menimbulkan reaksi yang perlu guna meningkatkan penggunaan zat-zat oleh tubuh, seperti bila kita berada dalam keadaan aktif dan memerlukan enersi. Sebaliknya, bila saraf S. kolinergik dirangsang, maka akan timbul efek dengan tujuan menghemat penggunaan zat-zat dan mengumpulkan enersi. Hal ini terjadi bila tubuh berada dalam keadaan istirahat atau tidur. Dalam tubuh yang sehat terdapat keseimbangan antara kedua kelompok saraf tersebut.
- C. Adrenergik
Adrenergik atau simpatomimetika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus (SS) dan melepaskan noradrenarlin (NA) di ujung-ujung sarafnya.
- Reseptor Alfa dan Beta
Adrenergik dapat dibagi dalam dua kelompok menurut titik-kerjanya di sel-sel efektor dari organ-ujung, yakni reseptor-alfa dan reseptor-beta (Ahlquist 1948). Perbedaan antara kedua jenis reseptor didasarkan atas kepekaannya bagi adrenalin, noradrenalin (NA), dan isoprenalin. Reseptor-alfa lebih peka bagi NA, sedangkan reseptor-beta lebih sensitif bagi isoprenalin.
Diferensiasi lebih lanjut dapat dilakukan menurut efek fisiologinya, yaitu dalam alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. Pada umumnya, stimulasi dari masing-masing reseptor itu menghasilkan efek-efek sebagai berikut:
– Alfa-1 : menimbulkan vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat.
– Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf adrenergis dengan turunnya tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh dan saraf kolinergis dalam usus pun terhambat sehingga antara lain menurunnya peristaltik.
– Beta-1 : memperkuat daya dan frekuensi konstraksi jantung (efek inotrop dan kronotrop).
– Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
Lokasi reseptor ini umumnya adalah sebagai berikut:
– Alfa-1 dan beta-1 : postsinaptis, artinya sinaps di organ efektor.
– Alfa-2 dan beta-2 : presinaptis dan ekstrasinaptis, yaitu di muka sinaps atau diluarnya, antara lain di kulit otak, rahim, dan pelat-pelat darah. Reseptor-a1 juga terdapat presinaptis.
Efek rangsangan
Bila di suatu organ terdapat kedua jenis reseptor, maka responsnya terhadap stimulasi oleh katecholamin (adrenalin, NA, dopamin, serotonin) agar tergantung dari pembagian dan jumlah reseptor-alfa dan reseptor-beta di jaringan tersebut. Sebagai contoh dapat disebutkan bronchi, dimana terdapat banyak reseptor beta-2; disini NA hanya berefek ringan sedangkan adrenalin dan isoprenalin meninbulkan bronchodilatasi kuat. Begitu pula di otot polos dinding pembuluh terdapat reseptor-alfa dan –beta: sedikit NA sudah bisa merangsang reseptor-beta-2 dengan efek vasodilatasi, sedangkan lebih banyak NA diperlukan untuk merangsang reseptor-alfa dengan efek vasokonstriksi. Pembuluh kulit memiliki banyak reseptor alfa, maka adrenalin dan NA mengakibatkan vasokonstriksi, sedangkan isoprenalin hanya berefek ringan sekali.
Dalam tabel di bawah ini diikhtisarkan efek adrenergis yang terpenting.
Efek α | Efek β1 | Efek β2 | |
Stimulasi sirkulasi | |||
-jantung |
– |
Ino-/ krono- trop + |
Vaso> koroner |
-perifer | Vaso <, TD ↑Sekresi kelenjar ↑ |
– |
– |
Stimulasi SSP | |||
-Napas | Konstriksi mukosa hidung dan mata |
– |
Bronco > |
-Kewaspadaan | Aktiv.psikomotor ↑ pupil >, nafsu makan ↓ | ||
Stimulasi metabolisme | Glikogenolise ↑ pelepasan asam lemak ↑ |
– |
Sekresi insulin & renin ↑ |
Zat-zat tersendiri yang termasuk golongan adrenergik antara lain:
- Epinefrin
- Isoprenalin
- Fenilefrin
- 1-Efedrin (F.I)
- Derivat Imidazolin
- Amfetamin
Daftar Pustaka
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2001. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.